EVA

Jangan sengaja pergi agar dicari, Jangan sengaja lari agar di kejar. Berjuang tak sebercanda itu

Kamis, 16 November 2017

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA




            Ada dua jenis pengembangan kurikulum yang telah dan sedang ditempuh di Indonesia, yaitu model yang  berorientasi pada tujuan (goal orientated curriculum) dan model kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Model pertama, yaitu kurikulum berorientasi pada tujuan, telah digunkan di Indonesia sudah sejak lama, yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan tahun 2014 yang berlaku efektif sampai dengan tahun 2003. Pertanyaan yang pertama-tama timbul dalam model ini adalah tujuan, tujuan apakah yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang kita harapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kurikulum? Sebagai jawban terhadap pertanyaan pokok tersebut kemudian dirumuskanlah tujuan-tujuan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai, mulai dari tujuan pendidikan nasional sampai tujuan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Atas dasar itulah selanjutnya ditetapkan pokok-pokok materi dan prosedur pembelajaran, yang kesemuanya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Model kurikulum yang berorientasi pada tujuan memiliki kebaikan-kebaikan, antara lain: a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulu, b. Tujuan-tujuan tersebut akan memberikan arah yang jelas di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis-jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan, c. Tujuan-tujuan itu akan memberikan arah dalam melakukan penilaian terhadap proses dan hasil yang dicapai, dan d. Hasil evaluasi yang berorientasi pada tujuan tersebut akan membantu pengembang kurikulum di dalam melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
            Meningat model ini banyak kelemahannya, maka sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya, maka model kurikulum ini jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan “sesuatu yang ingin dicapai” melainkan “sesuatu yang harus dikuasai” oleh peserta didik. Implikasinya adalah guru harus menggunakan multistrategi pembelajaran dengan penekanan pada keterlibatan peserta didik secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam belajar, guru harus menggunakan multimedia, sumber belajar dan lingkungan yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar, dan guru juga harus menggunakan model penilaian berbasis kelas dengan berbagai jenisnya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik.
Sumber: Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, hal. 145-146, Drs. Zainal Arifin, M. Pd