EVA

Jangan sengaja pergi agar dicari, Jangan sengaja lari agar di kejar. Berjuang tak sebercanda itu

Kamis, 16 November 2017

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA




            Ada dua jenis pengembangan kurikulum yang telah dan sedang ditempuh di Indonesia, yaitu model yang  berorientasi pada tujuan (goal orientated curriculum) dan model kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Model pertama, yaitu kurikulum berorientasi pada tujuan, telah digunkan di Indonesia sudah sejak lama, yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan tahun 2014 yang berlaku efektif sampai dengan tahun 2003. Pertanyaan yang pertama-tama timbul dalam model ini adalah tujuan, tujuan apakah yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang kita harapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kurikulum? Sebagai jawban terhadap pertanyaan pokok tersebut kemudian dirumuskanlah tujuan-tujuan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai, mulai dari tujuan pendidikan nasional sampai tujuan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Atas dasar itulah selanjutnya ditetapkan pokok-pokok materi dan prosedur pembelajaran, yang kesemuanya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Model kurikulum yang berorientasi pada tujuan memiliki kebaikan-kebaikan, antara lain: a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulu, b. Tujuan-tujuan tersebut akan memberikan arah yang jelas di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis-jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan, c. Tujuan-tujuan itu akan memberikan arah dalam melakukan penilaian terhadap proses dan hasil yang dicapai, dan d. Hasil evaluasi yang berorientasi pada tujuan tersebut akan membantu pengembang kurikulum di dalam melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
            Meningat model ini banyak kelemahannya, maka sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya, maka model kurikulum ini jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan “sesuatu yang ingin dicapai” melainkan “sesuatu yang harus dikuasai” oleh peserta didik. Implikasinya adalah guru harus menggunakan multistrategi pembelajaran dengan penekanan pada keterlibatan peserta didik secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam belajar, guru harus menggunakan multimedia, sumber belajar dan lingkungan yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar, dan guru juga harus menggunakan model penilaian berbasis kelas dengan berbagai jenisnya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik.
Sumber: Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, hal. 145-146, Drs. Zainal Arifin, M. Pd

Senin, 30 Oktober 2017

GENDER DAN BAHASA ARAB

Contoh Anotasi Bibliografi: Gender dan Bahasa Arab


 Dr. Erlina, M. Ag. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Artikel ini menjelaskan tentang isi buku pembelajaran bahasa arab al-Arabiyah Baina Yadaik yang di dalamnya terdapat bias gender. Gender sendiri adalah karakter yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang sama dengan jenis kelamin. Padahal dalam kedua hal tersebut memiliki banyak perbedaan. Penulis menjelaskan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Penulis memaparkan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru. Analisis yang dilakukan penulis juga menggunakan analisis teoritik dan analisis kritis. Penelitian ini menggunakan metode penellitian deskriftif yang menunjukkan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau seperti bahasa yang membedakan penggunaanya untu perempuan dan laki-laki. Dari artikel-artikel yang dikaji menunjukkan bahwa peran perempuan dalam buku ini sangat sedikit dan tidak sebanding dengan isi buku yang akan diajarkan ke siswa/peserta didik. Selain itu juga mengandung bias gender, terjadi subordinasi perempuan oleh budaya patriarki.


Hijriyah, Umi. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.
Artikel ini berisi tentang Bahasa dan Gender yang tidak hanya bagi bahasa arab, tetapi juga bahasa inggris. Selain itu, peneliti menyajikan artikel-artikel dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris yang berisi tentang permasalahan bahasa dan gender yang terjadi di (seluruh) dunia. Peneliti memaparkan bahwa studi bahasa dan gender memusatkan perhatian pada bagaimana pengaruh gender terhadap bahasa. penelitian ini menggunakan metode korelasional yang merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data, guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sepertidua variabel, yaitu gender dan bahasa. peneliti menggabungkan antara gender dan bahasa yang mana gender berpengaruh terhadap bahasa. selain itu ditemui juga variabel sosial politik yang melingkupi baik gender maupun bahasa. variabel sosial politik merupakan masalah dominasi bagi gender, di mana lelaki yang menempatkan dirinya sebagai penguasa bisa memguasai sang objek, yaitu perempuan dalam sebuah bahasa. Gender juga berpengaruh terhadap variasi bahasa meskipun sampai saat ini studi bahasa pada umumnya membiarkan perbedaan gender dalam permasalahan bahasa. Data menunjukkan bahwa kebanyakan isi buku pelajaran yang tersebar bagi peserta didik berisikan  bias gender.


Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.

Artikel ini menjelaskan bahwa bias gender masih terjadi di dalam buku-buku pelajaran, terutama bagi peserta didik yang melanjutkan di sekolah khusus Agama (Madrasah). Peneliti menerangkan bahwa Bias adalah kebijakan/program/kegiatan/kondisi yang memihak pasa salah satu jenis kelamin atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peneliti memakai pendekatan saintifik dan memakai K13 sebagai acuan buku yang diteliti. Dari beberapa bab yang peneliti paparkan semuanya ternyata terdapat bias gender baik dalam pengelompokkan peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal publik dan domestik. Begitupun dengan peran publik yang didominasi oleh laki-laki sedangkan peran domestik didominasi oleh perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif karena menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam Buku Bahasa Arab siswa kelas X Pendekatan Saintifik 2013 masih menggunakan bias gender, baik dalam lisan maupun tulisan, dan banyak sekali ditemukan ketidak setaraan yang menimbulkan ketidak adilan. Maka seharusnya bias gender itu harus dihapuskan dan buku bahan ajar bahasa arab diteliti dan dikaji ulang, agar tidak terjadi ketimpangan yang menimbulkan ketidak adilan terhadap perempuan.

Bias Gender dalam Buku Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Bias Gender dalam Buku Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Eva Syarifatul Jamilah
UIN Sunan Kalijaga

            Bahasa arab seperti yang kita tahu mempunyai keragaman yang tidak semua bahasa lainnya miliki. Keragaman gaya bahasa arab itu meliputi a. Ragam sosial atau sosialek, b. Ragama geografis, dan c. Ragam ideoliek. Ragam sosiolek merupakan ragam bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial-ekonomi penuturnya. Sedangkan ragam geografis adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh perbedaan wilayah geografis penuturnya. Adapun keragaman idiolek berkaitan dengan karakteristik pribadi luhur penutur bhasa arab yang bersangkutan.[1].
            Secara struktural bahasa arab memberikan ruang khusus bagi jenis kelamin perempuan (pada tataran kata) sehingga kita bisa menemukan ada jenis benda untuk perempuan, sifat, dan kata kerja. Nampak dari sudut pandang struktur ini,, bahasa arab, seolah-olah bahasa yang paling meletak keadilan di antara dua jenis gender perempuan dan laki-laki.
            Pembelajaran bahasa arab merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen. Komponen-komponen itu adalah tujuan, materi, metode sumber belajar, media pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, evaluasi hasil belajar, pembelajar atau siswa dan komponen guru.[2]
            Salah satu media untuk pembelajaran bahasa arab yaitu dengan bahan ajar  cetak. Menurut National Centre For Competency Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan  dalam kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya: Handout, LKS, Buku Modul, Brosur dll.

Bias Gender
            Bias Gender merupakan hal yang mudah dijumpai di era media sosial saat ini. namun, banyak orang menyalah pahami tentang pengertian baik Bias, Gender dan Bias Gender itu sendiri. Bias adalah kebijakan/kegiatan/program/kondisi yang memihak pada salah satu jenis kelamin, atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pengertian bias apabila dikaitkan dengan gender dan pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa dalam pendidikan terjadi penyimpangan atas ketimpangan terhadap jenis kelamin perempuan. Ketimpangan yang terjadi bisa dalam bentuk kesempatan mendapatkan pendidikan bagi perempuan dan isi materi pelajaran yang hanya memihak salah satu jenis kelamin.
            Gender, seperti yang kita tahu, berbeda dengan jenis kelamin. Jika jenis kelamin merupakan sesuatu yang given dan kodrati, maka pengertian gender sendiri adalah perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat status, posisi, dan perannya dalam masyarakat[3] serta terjadinya perbedaan gender yang dikontruksi secara sosial-kultural. Di samping itu, masyarakat mempunyai berbagai naskah yang diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran maskulin dan feminim.[4]
            Sedangkan Bias Gender adalah penanaman posisi yang keliru atau  keadaan yang menunjukkan sikap keberpihakan lebih pada laki-laki daripada wanita. Misalnya: kaum perepuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci dan mencari air untuk menjadi hingga memelihara anak. Berbeda dengan kaum laki-laki yang sama sekali tidak diperkenankan untuk melakukan hal di atas.
Buku Pembelajaran Bahasa Arab 
            Stereotipe sosial budaya yang menempatkan kaum perempuan harus melakukan hal-hal yang domestik dan kaum laki-laki yang ditempatkan di ruang publik berdampak pada pembelajaran dan buku bahan ajar cetak yang diajarkan di sekolah/madrasah. Contoh-contoh nyata bahwa sistem patriarki seperti ini mudah ditemui yaitu dengan buku-buku pembelajaran dan bahan ajar bahasa arab. Sasaran buku bahan ajar dan pembelajaran ini meliputi jenjang Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah bahkan hingga Perguruan Tinggi.
            Contoh buku pembelajaran Bahasa Arab yang memuat tentang Bias Gender adalah al’-Arabiyah Baina Yadaik dan buku Bahasa Arab siswa kelas X Madrasah Aliyah.
            Dalam buku al-Arabiyah Baina Yadaik, terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot  tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru.
            Begitupun dengan Buku Bahasa Arab Siswa MA kelas X, pada halaman 32 dalam bab al-Hayati fi al-Usrah. Buku pelajaran yang menyisipkan gambar ini juga menunjukkan bahwa yang sedang memasak adalah dua orang perempuan berbeda umur, yang disebut sang Ibu dan anak perempuannya. Sedangkan gambar lainnya menampakkan beberapa laki-laki yang sedang bermain basket, sedang berolahraga. Dalam buku ini jelas sekali menunjukkan bahwa peran seorang perempuan itu hanya melakukan hal-hal domestik seperti memasak dan diam dirumah dan terkesan dinomor duakan (subordinasi). sedangkan seorang laki-laki, ditempatkan di ruang publik karena diidentikkan dengan sosok yang maskulin, kuat dan tangguh sehingga laki-laki digambarkan sedang berolahraga.

Dr. Erlina, M. Ag. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Artikel ini menjelaskan tentang isi buku pembelajaran bahasa arab al-Arabiyah Baina Yadaik yang di dalamnya terdapat bias gender. Gender sendiri adalah karakter yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang sama dengan jenis kelamin. Padahal dalam kedua hal tersebut memiliki banyak perbedaan. Penulis menjelaskan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Penulis memaparkan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru. Analisis yang dilakukan penulis juga menggunakan analisis teoritik dan analisis kritis. Penelitian ini menggunakan metode penellitian deskriftif yang menunjukkan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau seperti bahasa yang membedakan penggunaanya untu perempuan dan laki-laki. Dari artikel-artikel yang dikaji menunjukkan bahwa peran perempuan dalam buku ini sangat sedikit dan tidak sebanding dengan isi buku yang akan diajarkan ke siswa/peserta didik. Selain itu juga mengandung bias gender, terjadi subordinasi perempuan oleh budaya patriarki.

Hijriyah, Umi. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.
Artikel ini berisi tentang Bahasa dan Gender yang tidak hanya bagi bahasa arab, tetapi juga bahasa inggris. Selain itu, peneliti menyajikan artikel-artikel dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris yang berisi tentang permasalahan bahasa dan gender yang terjadi di (seluruh) dunia. Peneliti memaparkan bahwa studi bahasa dan gender memusatkan perhatian pada bagaimana pengaruh gender terhadap bahasa. penelitian ini menggunakan metode korelasional yang merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data, guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sepertidua variabel, yaitu gender dan bahasa. peneliti menggabungkan antara gender dan bahasa yang mana gender berpengaruh terhadap bahasa. selain itu ditemui juga variabel sosial politik yang melingkupi baik gender maupun bahasa. variabel sosial politik merupakan masalah dominasi bagi gender, di mana lelaki yang menempatkan dirinya sebagai penguasa bisa memguasai sang objek, yaitu perempuan dalam sebuah bahasa. Gender juga berpengaruh terhadap variasi bahasa meskipun sampai saat ini studi bahasa pada umumnya membiarkan perbedaan gender dalam permasalahan bahasa. Data menunjukkan bahwa kebanyakan isi buku pelajaran yang tersebar bagi peserta didik berisikan  bias gender.

Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.
Artikel ini menjelaskan bahwa bias gender masih terjadi di dalam buku-buku pelajaran, terutama bagi peserta didik yang melanjutkan di sekolah khusus Agama (Madrasah). Peneliti menerangkan bahwa Bias adalah kebijakan/program/kegiatan/kondisi yang memihak pasa salah satu jenis kelamin atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peneliti memakai pendekatan saintifik dan memakai K13 sebagai acuan buku yang diteliti. Dari beberapa bab yang peneliti paparkan semuanya ternyata terdapat bias gender baik dalam pengelompokkan peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal publik dan domestik. Begitupun dengan peran publik yang didominasi oleh laki-laki sedangkan peran domestik didominasi oleh perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif karena menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam Buku Bahasa Arab siswa kelas X Pendekatan Saintifik 2013 masih menggunakan bias gender, baik dalam lisan maupun tulisan, dan banyak sekali ditemukan ketidak setaraan yang menimbulkan ketidak adilan. Maka seharusnya bias gender itu harus dihapuskan dan buku bahan ajar bahasa arab diteliti dan dikaji ulang, agar tidak terjadi ketimpangan yang menimbulkan ketidak adilan terhadap perempuan.

Analisis dan Evaluasi
            Dari ketiga Anotasi Bibliografi di atas, penulis menemukan bahwa masih banyak dalam buku-buku pelajaran untuk peserta didik di Madrasah berbagai jenjang yang sangat lantang menyuarakan bias gender. Hal ini ditambah dengan sosial budaya Indonesia yang juga sedikit banyak mendukung terjadinya Bias Gender. Bahasa-bahasa seksis yang mengandung patriarki masih sering ditemui dalam percakapan sehari—hari yang berujung menjadi kebiasaan-tidak dianggap sebuah bias- dan akhirnya karena telah menjadi kebiasaan maka bisa menjadi sebuah acuan dan memunculkan buku pegangan yang dijadikan bahan ajar di Madrasah.
            Sebenarnya cara pandang khalayak ramai terhadap sesuatu juga bisa menjadi sebuah contoh. Contohnya kebiasaan dalam sebuah keluarga. Sang ayah yang dianggap sebagai kepala keluarga pasti akan selalu mempunyai pekerjaan di ruang publik yang menonjolkan sosok yang maskulin, tangguh, berani dan tanggung jawab. Berbeda dengan sang istri yang merupakan seorang perempuan. Pekerjaaan yang ditampilkannya pun hanya menjadi seorang ibu rumah tangga dan jarang sekali ditampilkan di ruang publik, seperti seorang dokter, supir bus, dan pengacara. Karena sosok yang ditampilkan oleh seorang perempuan adalah sosok yang lemah lembut, penuh kasih, terkesan lemah (baik fisik maupun mental), dan mempunyai sedikit sekali kesempatan untuk tampil diruang publik.
            Bahayanya, dengan kebiasaan ditampilkan dualisme ini, peserta didik akan terbiasa dengan apa yang diajarkan kepadanya melalui pembelajaran bahan ajar cetak ini. Peserta didik akan terbiasa dengan pekerjaan laki-laki yang selalu menonjol di ruang publik dan akan merasa aneh jika melihat seorang perempuan tampil di ruang publik, karena yang diajarkan kepada mereka adalah seorang perempuan seharusnya ada di ruang domestik saja, tidak mencampuri ruang publik yang hanya milik laki-laki.
            Bahasa pada umumnya, bahasa arab harus dipandang sebagai alat komunikasi. Alat ini sangat penting, artinya dalam menyampaikan pesan. Namun demikian, pentingnya alat tidak akan pernah malampaui pentingnya tujuan dalam simbol komunikasi yaitu sampainya sebuah pesan. Rofiah berpendapat bahwa bahasa arab sebagai simbol mempunyai peranan yang penting dalam menyampaikan  pesan ilahi melalu al-Qur’an. Namun demikian pentingnya simbol tidak akan pernah melampaui hal yang disimbolkan. Oleh karena itu, bahasa arab penting dipelajari dalam memaknai ajaran agama. Namun bahasa arab tetap harus diwaspadai karkaternya yang sangat bias, agar ajaran agama tidak justru digunakan sebagai alat diskriminasi terhadap perempuan atas nama Agama

Kesimpulan
            Penulis sudah menjelaskan bagaimana bias gender masih terjadi di era modern super canggih yang serba media sosial ini, salah satunya melalui bahan ajar cetak buku pembelajran bahasa arab yang ada di madrasah-madrasah semua jenjang. Sangat disayangkan sebenarnya mengapa hal yang merupakan bagian patriarki ini masih terjadi, karena seharusnya hal seperti ini sudah tidak terjadi, apalagi jika bias gender ini menjadi materi penting dalam kurikulum yang diajarkan di madrasah.
            Seharusnya peserta didik harus diajarkan adil sejak dini, semenjak menginjak masuk madrasah diniyah. Karena jika sudah menjadi kebiasaan dan terbiasa, harapan ingin dihapuskannya patriarki dan bias gender di dalam masyarakat Indonesia akan sulit terjadi, kalau tidak penulis paparkan utopia. Atau jika bias gender dan patriarki masih menjamur di buku-buku pelajaran bahasa arab di Madrasah, Guru harus memegang peran penting agar diminimalisir dan untuk bisa menyamakan bahwa tidak ada perbedaan antara gender A dengan gender B terlepas dari tata bahasa arab dan bahasa arabnya sendiri yang begitu seksis, masih menganut patriarki dan Bias Gender.

Daftar Pustaka
Abdul Munif, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Ara, (Yogyakarta, Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal.41.
Erlina. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.
Julia Cleves Mose, Gender dan Pembangunan, Terj. Hartian Silwati (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), hal.11
Susiloningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2004), hal.11
Syamsudiin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Konsep dan Implementasinya, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2016), hal. 14
Umi Hijriyah. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.




                [1] Abdul Munif, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Ara, (Yogyakarta, Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal.41.
                [2]Syamsudiin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Konsep dan Implementasinya, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2016), hal. 14
                [3] Susiloningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2004), hal.11
                [4] Julia Cleves Mose, Gender dan Pembangunan, Terj. Hartian Silwati (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), hal.11

Selasa, 25 Juli 2017

EFEKTIFITAS MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

EFEKTIFITAS MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK MEMENUHI SKOR IKLA BAGI MAHASISWA DI PUSAT PENGEMBANGAN BAHASA UIN SUNAN KALIJAGA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Drs. Syamsuddin Asyrofi, M.M.


Disusun oleh :
Anditya Zahrani Firdaus 
Eva Syarifatul Jamilah 
Nurul Hidayah  
Nadhifatul Nasuha              
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif  dan efisien. Hasil penelitian telah memperlihatkan bahwa media telah menunjukkan keunggulannya membantu para guru dan staf pengajar dalam penyampaian pesan pembelajaran dengan lebih cepat dan mudah di tangkap oleh siswa.
            Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun masih sangat minim, tapi paling tidak di setiap kelas, sudah mulai menggunakan OHP. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu jenis Kesimpulan merapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas hanya dengan bantuan papan tulis dan spidol (kapur). Dengan perkembagan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai alat media yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat belajar lebih efektif dan efisien.
            Upaya pengembangan dalamproses belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga adalah memakai media audio.
            Media audio memang bukan barang baru dalam pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini masih dirasa asing. Yang dimaksud dengan Media Audio (media dengar) adalah alat media yang isi pesannya hanya diterima melalui pendengaran saja.
            Media audio menurut Sadiman (2005: 49) adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun non verbal.
            Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (2003: 129) Media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Media audio mempunyai sifat yang khas, yaitu:
a.       Hanya mengandalkan suara (indera pendengaran)
b.      Personal
c.       Cenderung satu arah
d.      Mampu menggugah imajinasi.
      Kaitannya dengan audio sebagai media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media audio pembelajaran merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan materi pembelajaran melalui suara-suara ataupun bunyi yang direkam menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya.
            Begitu juga dengan bahasa Arab. Bahasa arab yang merupakan salah satu kekayaan bahasa yang telah Tuhan ciptakan, dipaparkan dalam Wikipedia.org bahwa bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semintik Tengah yang termasuk dalam rumpun bahasa Semintik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami.
            Menurut Laurel (2001: 33) kecerdasan siswa dibagi kedalam tujuh macam, yaitu kecerdasan visual, verbal/linguistik, musik, kinestetis, logis/matematis, interpersonal, dan intrapersonal. Salah satu kecerdasan yang kami soroti adalah kecerdasan dibidang verbal/linguistik yang sangat umum dijumpai dan sangat dibutuhkan.
            Sejalan dengan  itu, UIN Sunan Kalijaga sangat peduli terhadap Perkembangan Bahasa, maka dari tahun 2008, UIN Sunan Kalijaga membuat suatu program bagi mahasiswa baru untuk mengembangkan kemampuan berbahasa asing (Arab-Inggris) dan membantu mahasiswa untuk mencapai skor TOEFL dan TOAFL/IKLA.
            Media audio sangat membantu Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) UIN Sunan Kalijaga dalam menjalankan fungsinya. Dengan alasan itu, kami mengangkat tema ”Efektifitas media audio dalam  pembelajaran bahasa Arab untuk mencapai skor IKLA bagi mahasiswa di pusat pengembangan bahasa di UIN Sunan Kalijaga”.
B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Media Pembelajaran dan Klasifikasi-klasifikasinya?
2.      Apakah Pusat Pengembangan Bahasa sudah efektif dalam meningkatkan skor IKLA/TOEC di UIN Sunan Kalijaga?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Pengertian Media Pembelajaran dan Klasifikasi-klasifikasinya.
2.      Untuk mengetahui apakah P2B sudagh efektif dalam meningkatkan skor IKLA/TOEC di UIN Sunan Kalijaga.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Media Pembelajaran Audio
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1] Gerlach dan Ely (1971) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang menbuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.  Sedangkan  menurut Rossi dan Breidle (1966), tentang media pembelajaran yaitu  seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam  radio dan televisi  kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.
Berikut ini adalah klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan tergantung dari sudut mana  melihatnya.
1.      Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
a.         Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b.        Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
c.         Media audivisual, yaitu jenis benda yang selain mengandung unsur suara dan mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih bik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.[2]
2.         Dilihat dari cara atau teknik pemakainnya, media dapat dibagi ke dalam:
a.         Media yang diproyeksikan, seperti film,slide, film strip, trnsparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projector untuk memproyeksikan film slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
b.        Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan lain sebagainya.[3]
       Audio merupakan suara atau bunyi yang dihasilkan dari getaran suatu benda agar dapat ditangkap manusia. Menurut Sadiman (2005:49), media audio adalah media yang dapat digunakan untuk  menyampaikan pesan yang akan disampaikan dengan bentuk lambang-lambang audit, mau itu bentuk verbar atau dengan bentuk non-verbal. Media audio untuk pembelajaran yaitu media atau bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif, pita suara atau piringan suara yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar pendengar sehingga terjadi proses belajar. Media ini bersifat auditif, sehingga lebih cocok untuk mencapai tujuan yang bersifat kognitif berupa data dan fakta. Dengan sifatnya yang auditif, maka media ini sangat berhubungan erat dengan radio, alat perekam, pita magnetik, piringan hitam dan juga laboratorium bahasa.
Beberapa kelebihan yang dapat diambil dengan menggunakan media ini di antaranya:
a.    Dengan menggunakan alat perekam, program audio dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pendengar/pemakai. Misalnya, pemakaian audio belajar bahasa Arab yang pemakaiannya dapat dilaksanakan kapan dan dimana saja.
b.    Media audio dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi yang abstrak.
c.    Media audio dapat merangsang partisipasi aktif para pendengar, misalnya sambil mendengar siaran, siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang lain yang menunjang terhadap pencapaian tujuan.
d.    Program audio dapat mengunggah rasa ingin tahu siswa tentang sesuatu sehingga dapat merangsang kreativitas.
e.    Media audio dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para pendengar yang sulit dicapai dengan media lain.
f.     Media audio dapat menyajikan laporan-laporan yang aktual dan orisinal yang sulit dengan menggunakan media lain.
g.    Program audio dapat  mengatasi batasan waktu serta jangkauannya yang sangat luas.
       Di samping beberapa kelebihannya diatas, media audio juga memiliki kelemahan, antara lain:
a.    Sifat kamunikasinya satu arah (one way communication). Dengan demikian, sulit bagi pendengar untuk mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami. Untuk mengurangi kelemahan tersebut bisa diatasi dengan menggunakan telepon.
b.    Media audio yang lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal, hanya mungkin dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai  tingkat penguasaan kata dan bahasa yang baik.
c.    Media audio hanya akan mampu melayani secara baik untuk mereka yang sudah mampu berfikir abstrak.
d.    Penyajian materi melalui media audio dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar.
e.    Media audio yang menggunakan program siaran radio, biasanya dilaksanakan serempak dan terpusat, sehingga sulit untuk melakukan pengontrolan.[4]

B.       Kefektifan Pembelajaran Audio di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku)[5] dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang telah direncanakan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan intruksionalnya tercapai.
     Pusat Pengembangan Bahasa adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merancang dan memantau perkembangan kebahasaan. Sebagian lainnya menyebutkan sebagai sebuah lembaga kebahasaan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa asing (Bahasa Arab, Inggris dll). Dalam perjalanananya pusat bahasa berperan penting dalam pengembangan bahasa di berbagai komunitas mulai dari tingkat sekolah, universitas, dan instasi-instasi lainnya.
            Bahasa memiliki fungsi umum sebagai alat komunikasi sosial, dan fungsi khusus terdiri dari fungsi emotif, referensial, puitik, fatik, dan metalingual.[6] Fungsi yang bermacam-macam tersebut merupakan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sosial manusia, hal tersebut mendorong para akademisi, pendidik dan orang-orang yang peduli dan mencintai bahasa perlunya membuat dan mendirikan sebuah lembaga yang khusus menangani masalah kebahasaan, mewadahi semua orang yang berminat mengembangkan kemampuan berbahasanya.
            Dewasa ini lembaga yang khusus menangani kebahasaan sudah berkembang di lingkungan akademik, hampir di setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sudah memiliki lembaga kebahasaan tersebut, meski dengan nama yang berbeda-beda
            Di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sendiri lembaga tersebut bernama Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan Pusat Bahasa atau Balai Bahasa.
            Adapun Visi dan Misi dari Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga adalah, “Pusat Pengembangan Bahasa Unggul dan Terkemuka dalam Penelitian Pengajaran, Pembelajaran dan Pelayanan Bahasa”.
            Untuk mencapai Visi tersebut maka Pusat Pengembangan Bahasa merumuskan beberapa misi sebagai berikut:
1.      Menjadi pusat penelitian, pengajaran, pembelajaran, dan pelayanan bahasa.
2.      Mengembangkan kajian kebahasaan, sosial dan budaya yang baik.
3.      Mendorong terwujudnya pelayanan bahasa yang baik.
4.      Menjalin dan mengembangkan kemitraan dengan pihak/lembaga lain.
            Sebagai sebuah lembaga yang memiliki peran penting dalam pengembangan dan peningkatan bahasa di UIN Sunan Kalijaga, Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memiliki berbagai kegiatan dan program pembelajaran bahasa yang disediakan khususnya untuk para civitas akademika dan masyarakat luas pada umumnya. Beberapa kegiatan dan program tersebut adalah:
  1. Menyelenggarakan Program Sentralisasi Pembelajaran Bahasa Arab dan Inggris bagi semua mahasiswa baru mulai tahun akademik 2008/2009.
  2. Menyelenggarakan tes IKLA/TOAFL secara reguler
  3. Menyelenggarakn tes TOEC/TOEFL secara reguler
  4. Menyediakan kesempatan kepada civitas akademika untuk memanfaatkan laboratorium bahasa dan self acces language learning center.[7]

Masalah dalam pengajaran bahasa terutama berkaitan dengan peningkatan keberhasilan belajar siswa dalam bahasa yang dipelajari, bahasa target, sedang masalah tes kebahasaan antara lain tentang bagaimana mengungkap hasil belajar yang mencerminkan kemampuan siswa yang mendekati sebenarnya. Namun tes kebahasaan yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah tes kebahasaan dalam kaitannya dengan kemampuan kabahasaan seseorang tanpa terkait dengan pembelajaran sebelumnya. Dalam bahasa Inggris tes-tes tersebut diantaranya TOEFL, TOEC, IELTS, dll. Sedangkan dalam bahasa arab terdapat ALPT, di UIN Sunan Kalijaga tes tersebut bernama TOAFL/IKLA.
TOAFL/IKLA‟ merupakan tes bahasa Arab yang diadakan oleh setiap negara yang statusnya bahwa bahasa Arab sebagai bahasa asing. Ujian ini diadakan guna mereview mahasiswa dan mahasiswi dalam menguasai pengetahuan kebahasaan, khususnya bahasa Arab. Di UIN Sunan Kalijaga tes tersebut umumnya dilakukan menjelang semester akhir, dimana mahasiswa telah menyelesaikan matakuliahnya pada jumlah SKS tertentu sebagai salah satu syarat memenuhi kelengkapan munaqasyah5. Panitia pelaksanaannya diatur oleh pihak Pusat Pengembangan Bahasa, setelah mahasiswa mendaftar dan membayar segala administrasinya.
Dalam praktiknya tes IKLA‟/TOAFL tersebut menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Pengembangan dan peningkatan bahasa Arab melalui kegiatan-kegiatan dan program-program yang telah disediakan Pusat Bahasa tersebut yang seharusnya dapat berperan sebagai sarana untuk memepersiapkan tes IKLA‟/TOAFL dirasa masih belum memenuhi bekal bagi sebagaian mahasiswa untuk menghadapi tes tersebut. Apalagi mahasiswa terdiri dari berbagai latar belakang sekolah yang sebagian sudah familiar dengan bahasa arab dan sebagian lainnya sama sekali asing dengan bahasa tersebut.
Program Sentralisasi Pembelajaran Bahasa Arab merupakan program pembelajaran bahasa Arab terpadu di mana pembelajaran bahasa Arab pada mahasiswa semester I atau II dari semua Fakultas di UIN Sunan Kalijaga diselenggarakan secara terpadu di Pusat Pengambangan Bahasa.[8] Program ini merupakan program utama dalam pengembangan dan peningkatan bahasa arab di pusat bahasa UIN Sunan Kalijaga, selain itu terdapat juga program dan kegiatan lainnya yang di sunnahkan bagi mahasiswa seperti penyediaan laboratorium bahasa dan self acces language learning center, program Sentralisasi Pembelajaran Bahasa Arab adalah satu-satunya program pembelajaran bahasa arab yang di wajibkan untuk mahasiswa.
Berikut kami lampirkan silabus dari materi pembelaran yang ada di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga:




SILABUS DAN SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
BUKU AL-HAWI FI ISTI’DAD IKHTIBAR KAFA’AH AL-LUGHAH AL-ARABIYAH

Institusi                                   : Pusat Pengembangan Bahasa Universitas Islam Negeri Sunan                                                         Kalijaga
Nama Kegiatan                       : Pelatihan Peningkatan Kemampuan Berbahasa Arab Mahasiswa
Jumlah Pertemuan                   : 14
Semester                                  : Genap TA. 2016/2017
Diskripsi Mata Kuliah
Pembelajara Bahasa Arab ini terdiri atas 12 daras. Setiap daras terdiri dari pembahasan-pembahasan pokok, yaitu: Hiwar atau Nash, Mufradat, Ta’birat wa Asalib, Qawa’id, Adawat Rabith, dan Tadribat. Selain pembahasan pokok tersebut, seiap bab terdiri dari 1 materi tambahan (suplemen) yaitu: mahfuzat, baik dari ayat al-Qur’an, Hadits, al-Aqwal, Hikam wa Amsal. Pembelajaran di setiap daras diharapkan bisa dimulai dengan mengajak mahasiswa untuk mempraktekkan bahasa Arab sehari-hari yang disajikan dalam tema-tema ringan dn bervariasi. Selanjutnya mahasiswa diperkenalkan kosa kata baru, gramatika (qawaid) yang disistematikan agar mahasiswa mempunyai modal dasar untuk membaca dan memahami teks  arab yang ada pada setiap daras-nya.
Standar Kompetensi
Mahasiswa menguasai empat keterampilan berbahasa arab (maharat, al-arba’ah) dengan presentase: istima’ (20%), kalam (20%), qira’ah 950%), dan kitabah (10%).
Mahasiswa mampu membaca dan memahami teks Arab yang disajikan dalam setiap daras.

Pertemuan I
Kompetensi
Memahami secara garis besar isi perkuliahan yang akan dilalui. Membaca, memahami dan mempraktekkan teks hiwar berjudul menyepakati aturan pembelajaran.
Membaca, memahami dan mempraktekkan teks hiwar berjudul  “at-taaruf” yang mengandung kata-kata tunjuk (isyarah)
Indikator
Mahasiswa dapat memahami garis besar isi perkuliahan dan menyepakati aturan pembelajaran.
Mahasiswa dapat mampu mendemonstrasikan hiwar dan ta’birat yang sajikan.
Mahasiswa bisa memperkenalkan diri menggunakan bahasa Arab.
Mahasiswa mampu mempraktekkan penggunaan kata tunjuk dengan benar.
Materi
Pengantar (apersepsi, kontrak belajar, penjelasan silabus/SAP).
Hiwar dengan tema At=ta’aruf, ta’birat , dan isim isyarah.
Aktivitas Pembelajaran
Ceramah dan Tanya Jawab mahasiswa dengan dosen terkait rencana pembelajaran bahasa Arab.
Mahasiswa mendengarkan dan mendemonstrasikan hiwar.
Pengajar menjelaskan penggunaan kata tunjuk (isim isyarah).
Waktu
120 menit
Rujukan
Silabi dan SAP
Modul Daras 1
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan II
Kompetensi
-       Memahami pembagia kalimat dalam bahasa Arab dan aplikasinya dlam contoh-contoh sederhana.
-       Memahami pembagian fi’il dalam bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
-       Memahami penggunaan adawatu rabthi “lakin, wa lakin, dan wa” dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
-       Mahasiswa mampu mendemonstrasikan hiwar “al-Usrah” dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yag baik, memahami arti kosakata baru.
Indikator
Mahasiswa bisa membedakan harf, isim, dan fi’il
Mahasiswa mampu membedakan isim berdasarkan jenisnya.
Mahasiswa mengetahui pembagian fi’il dari segi waktunya.
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi “lakin, wa lakin, dan wa” dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan hiwar “al-Usrah” dengan lahjah dan intonasi yang baik.
Materi
Kaidah tentang pembagian kalimah dan pembagian isim berdasarkan jenisnya.
Kaidah tentang pembagian kata kerja dari segi waktunya.
Adawatu rabthi’ “lakin, wa lakin, dan wa”.
Hiwar tentang “al-Usrah” tarkib dan mufradat.
Aktivitas Pembelajaran
Mahasiswa berpasang-pasangan mempraktekkan hiwar Game bermain peran.
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras II
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan III
Kompetensi
Memahami kaidah jumlah ismiyah dalam bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan hiwar “al-Bahs ‘anil Fashl” dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami kosakata baru.
Memahami pengguaan adawatu rabthi “kadzalika dan aidhon” dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana, dan fiil mujarrad.
Indikator
Mahasiswa mengetahui kaidah jumlah ismiyah dalam bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Mahaasiswa mampu memperkenalkan perlengkapan sekolah/kelas menggunakan bahasa Arab sederhana.
Memahami arti kosakata baru.
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan hiwar “al-Bahs ‘anil Fashl” dengan lahjah dan intonasi yang baik.
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi “kadzalika dan aidhon” dan fiil mujarrad, serta aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Materi
Kaidah tentang pembaigian kata kerja dari segi waktunya
Adawati rabthi “kadzalika dan aidhon.
Fiil mujarrad.
Hiwar tentang al-Bahs ‘anil Fashl”, tarkib dan mufradat.
Aktivitas Pembelajaran
Diskusi Tanya Jawab
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras III
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan IV
Kompetensi
Memahami kaidah adad wa ma’dud 20-1 dalam bahasa arab dan alikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Memahami penggunaan adaatu rathi “ wa dan tsumma” dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana, dan fiil mazid bi harfin.
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan hiwar “Qomish” dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memhami arti kosakata baru berkitan dengan pakaian
Indikator
Mahasiswa mengetahui kaidah adad wa ma’dud dari 20-1 dalam bahasa Arab dan aplikasinya dala, contoh-contoh sederhana.
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi “wad an tsumma” dan fiil mazid bi harfin, serta aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Mahasiswa mampu medemonstrasikan hiwar “Qomish” dan ta’ birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan pakaian.
Mahasiswa mampu memerkenalkan perlengkapan (pakaian) dn sifat-sifatnya dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
Mampu mengetahui arti kosakata baru tentang pakaian.
Materi
Kaidah adad wa ma’dud 20-1
Adawatu rabthi ‘wa dan tsumma” dan fiil mujarrad
Fiil mazid bi harfin
Hiwar tentang “Qomish”, tarkib dan mufradat.
Aktivitas Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan game /permainan, Tanya Jawab, qira’ah jahriyyah
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras IV
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan V
Kompetensi
Memahami kaidah na’t man’ut dan Idhofah dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Memahami penggunaan adawatun rabthi ‘wa lihadzha’ dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana, dan fiil mazid bi harfin.
Mahasiswa mampu memahami teks hiwar ‘al-Mudarrisah’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan “wazaif lil muta’alimin”, sifat al-Muwazifiin, dan mufradat al-Af’al.
Indikator
Mahasiswa mengetahui kaidah na’t man’ut, dan idhofah dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi “wa lihadzha” dan fiil mazid bi harfin, serta aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Materi
Kaidah na’t man’ut dan idhofah
Adawatu rabthi “wa lihadza”
Hiwar tentang “al-Mudarrisah”, tarkib dan mufradat
Aktivitas Pembelajaran
Bermain peran dan permainan
Tanya jawab
Qira’ah
Penjelasan dosen menggunakan media slide tentang penggunaan na’t man’ut wa idhofah
Waktu
120 Menit
Rujukan
Modul daras V
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan VI
Kompetensi
Memahami kaidah fiil dan pembagiannya, perubahan pada fiil madi dalam bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Memahami penggunaan adawatu rabthi “Lianna, Liannahu (haa), kay, tsumma” berikut aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana, dan fiil mazid bi harfi
Mahasiswa mampu memahami teks “al-Jami’ah” dan Ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memhami arti kosa kata baru berkaitan dengan al-Jami’ah/al-Muassasaat.
Mampu mengetahui arti kosa kata baru tentang al-Jami’ah/al-Muassasaat dan penggunaan dalam kalimat
Indikator

Materi
Kaidah fiil dan pembagiannya, perubahan pada fiil madhi
Adawatu rabthi “lianna, liannahu (haa), kay, tsumma”
Aktivitas Pembelajaran
Mahasiswa berpasang-pasang mengeskplor semua pengetahuan mereka tentang pembagian fiil, analisis teks, bercerita kembali, latihan.
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras VI
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan VII
Kompetensi
Memahami kaidah fiil mudhari dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan adawatu rabthi “Zalika Lianna” dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana, dan fiil mazid biharfaini.
Mahasiswa mampu memahami teks “al-Faqr” dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan ‘al-Faqr’
Indikator
Mahasiswa mengetahui kaidah fiil mudhari dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi “Zalika Lianna” dan fiil mazid bi harfaeni serta aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana.
Mahasiswa mampu memahami teks “al-Faqr” dan ta’birat degan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosa kata yang berkaitan dengan al-Faqr
Mampu mengetahui arti kosa kata yang baru tantang al-Jamiah al-Muassasaat dan penggunaannya dalam kalimat
Materi
Fiil mudhari, fiil mazid bi harfaeni, dan adawatu rabthi “Zalika Lianna”
Teks tentang al-Faqr tarakib dan mufradat
Aktivitas Pembelajaran
Bermain peran, Qiraah, bercerita kembali, permainan
Penjelasaan dosen menggunakan media slide tentang bentuk dan penggunaan fiil mudhori, fiil mazid bi harfaini, dan adawatu rabthi “zalika lianna”
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras VII
Penilaian
Tes Lisan dan tulisan

Pertemuan VIII
Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami teks ‘at-Tafaul’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata kata kerja baru berkaitan dengan judul ‘at-Tafaul’
Memahami kaidah fiil tsulasi mujarrad dan fil tsulasi mazid dalama bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Indikator
Mahasiswa mampu memahami teks ‘at-Tafaul’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami kosakata kata kerja baru yang berkaitan dengan judul teks
Mampu mengetahui arti kosakata baru dan penggunaannya dalam kalimat
Mahasiswa mengetahui kaidah fiil tsulasy mujarrad dan tsulasy mazid dalam bahasa Arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Mahasiswa mengetahui penggunaan adawatu rabthi ‘tsumma, aw, am, idz, idza, fa idza, idzan’ berikut aplikasinya dalam kalimat sempurna
Materi
Teks tentang ‘at-Tafaul’, tarakib dan mufradat
Fiil tsulasy mujarrad dan fiil tsulasy mazid
Adawatu rabthi ‘tsumma, aw am, idz, idza, fa idza, idzan’
Aktivitas Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan permainan, tanya jawab, qiraah, analisis teks bacaan
Penjelasan menggunakan mode slide tentang bentuk dan penggunaan fiil tsulasy mujarrad, fiil tsulasy mazid, dan adawatu rabthi ‘tsumma, aw am, idz, idza, fa idza, idzan’
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras VIII
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan IX
Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami teks ‘al-Allaj al-Manaah wa adh-Dhohak’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan ‘al-Allaj al-Manaah wa adh-Dhohak’ serta penggunaanya dalam kalimat.
Memahami kaidah nashb wa jzm al-Fi’il al-Mudlari dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan adawatu rabthi ‘lakin, bal, innam’ dan aplikasinya dalam kalimat.
Indikator
Mahasiswa mampu memahami teks ‘al-Allaj al-Manaah wa adh-Dhohak’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan ‘al-Allaj al-Manaah wa adh-Dhohak’ serta penggunaanya dalam kalimat.
Memahami kaidah nashb wa jzm al-Fi’il al-Mudlari dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan ‘adawatu rabthi ‘lakin, bal, innam’ dan aplikasinya dalam kalimat.
Materi
Teks tentang ‘al-Allaj al-Manaah wa adh-Dhohak’, tarakib dan mufradat
Nashb wa jzm al-Fi’il al-Mudlari
Adawatu rabthi ‘lakin, bal, innam’
Aktivitas Pembelajaran
Qira’ah Jahriyyah, Tanya jawab, bercerita kembali, analisis teks, bermain peran, penggunaan slide
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras IX
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan


Pertemuan X
Kompetensi
Mampu membaca dengan benar serta memahami teks bacaan yang berjudul ‘ar-Rawabith al-Usariyyah’
Mampu mengungkapkan ta’birat wa asalib mufidah
Menggunakan kosakata baru dalam kalimat
Indikator
Mahasiswa mampu membaca teks dengan bacaan yang berjudul ‘ar-Rawabith al-Usariyyah’
Mahasiswa dapat menjelaskan kembali dengan bahasa sendiri apa yang telah dibaca dari teks tersebut
Mahasiswa maampu menyusun kalimat dengan mufradat teks
Materi
Teks bacaan yang berjudul ‘ar-Rawabith al-Usariyyah’, qiraah, mufradat jadidah, tarakib wa asalib
Aktivitas Pembelajaran
Dosen menjelaskan makna mufradat beserta bacaannya, tanya jawab, mengungkapkan kembali dan menerjemahkan teks
Dosen menjelaskan penggunaan tarakib wa asalib
Mahasiswa mengungkapkan kembali tarakib wa asalib dan membentuk kalimat dengan mufradat jadalah
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul dasar X
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan XI
Kompetensi
Memahami kaidah al-Fi’lul Majhul dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan adawatu rabthi ‘li, kay, hatta, min ajli, kailaa’ dan aplikasinya dalam kalimat sempurna
Mahasiswa mampu memahami teks ‘Masyakil Iqtishadiyyah al-Batholah’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan ‘Masyakil Iqtishadiyyah al-Batholah’serta penggunaaanya dalam kalimat
Indikator
Memahami kaidah al-Fi’lul Majhul dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan adawatu rabthi ‘li, kay, hatta, min ajli, kailaa’ dan aplikasinya dalam kalimat sempurna
Mahasiswa mampu memahami teks ‘Masyakil Iqtishadiyyah al-Batholah’ dan ta’birat dengan lahjah dan intonasi yang baik, memahami arti kosakata baru berkaitan dengan ‘Masyakil Iqtishadiyyah al-Batholah’serta penggunaaanya dalam kalimat
Mampu mengetahui arti kosakata baru tentang ‘al-Illaj al-Mana’ah wa adh-Dhohak’ dan penggunaannya dalam kalimat
Materi
Al-Fi’il al-Majhul
Adawatu rabthi ‘li, kay, hatta, min ajli, kailaa’
Teks tentang ‘Masyakil Iqtishadiyyah al-Batholah’, tarakib dan mufradat
Aktivitas Pembelajaran
Penjelasan menggunakan slide tentang bentuk dan penggunaan al-Fi’il al-Majhul dan Adawtu rabthi ‘li, kay, hatta, min ajli, kailaa’, qiraah, tanya jawab, bercerita kembali, analisis teks
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras XI
Penilaian
Teks Lisan dan Tulisan

Pertemuan XII
Kompetensi
Memahami kaidah Maf’ul bih, macam-macamnya, dan ta’addud maf’ul bih dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Memahami penggunaan adawatu rabthi ‘wa ‘ala hadzha, wa ‘ala dzalika, wa natijatah lihadza, wa natijatah lidzalika’ dan aplikasinya dalam kalimat
Indikator
Mahasiswa mengetahui Maf’ul bih, macam-macamnya, dan ta’addud maf’ul bih dalam bahasa arab dan aplikasinya dalam contoh-contoh sederhana
Mahasiswa mengetahui adawatu rabthi ‘wa ‘ala hadzha, wa ‘ala dzalika, wa natijatah lihadza, wa natijatah lidzalika’ dan aplikasinya dalam kalimat
Materi
Maf’ul bih, macam-macamnya dan dan ta’addud maf’ul bih
Adawatu rabthi ‘wa ‘ala hadzha, wa ‘ala dzalika, wa natijatah lihadza, wa natijatah lidzalika’
Aktivitas Pembelajaran
Pemanfaatan media slide, diskusi, menemukan adawatu rathbi dalam teks dan mempraktekannya
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras XIII
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan XIII
Kompetensi
Mampu membaca dengan benar dan mengartikan teks bacaan ‘al-Khat al-Arabiy’
Mampu menggunakan ta’birat
Mampu menggunakan mufradat dan membentuk kalimat dengan kosakta tersebut
Memahami gramatika tentang jumlah fi’liyah beserta variasinya
Indikator
Mahasiswa mampu membaca dengan benar dan mengartikan teks bacaan ‘al-Khat al-Arabiy’
Mahasiswa mampu menggunakan mufradat yang terkait dengan bacaan dalam menyusun jumlah fi’liyah
Bisa menganalisis teks dan menemukan jumlah fi’liyah dalam bacaan
Mahasiswa mampu memahami kaidah jumlah fi’liyah beserta variasinya
Mahasiswa bisa menyusun kalimat dengan susunan fiil, fa’il dan maf’ul bih
Materi
Teks bacaan berjudul ‘al-Khat al-Arabiy’, ta’birat dan mufradat, serta kaidah jumlah fi’liyah
Aktivitas Pembelajaran
Qira’ah, belajar kelompok, pertanyaan seputar mufradat, serta pembahasan teks bacaan
Waktu
120 menit
Rujukan
Modul daras XIII
Penilaian
Tes Lisan dan Tulisan

Pertemuan XIV
Pos Test


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dengan perkembagan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai alat media yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat belajar lebih efektif dan efisien.
            Jadi, upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga adalah memakai media pembelajaran audio.
            Media pembelajaran yaitu seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai  untuk  tujuan  pendidikan,  seperti radio, televisi,  buku,  dan lain  sebagainya.
            Dalam makalah  ini yang  berjudul "Efektivitas Media  Audio dalam  Pembelajaran Bahasa  Arab untuk Mencapai Skor IKLA bagi Mahasiswa di Pusat Pengembangan Bahasa di UIN Sunan Kali Jaga" ini berkonsentrasi  pada sudut  pandang media pembelajaran  auditif,  yaitu media  yang  hanya  dapat didengar saja,  atau yang hanya memiliki unsur suara,  seperti radio,  rekaman,  dan sebagainya.
            Adapun teknik atau cara pemakaiannya yaitu menjadi media yang diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan. Media yang diproyeksikan adalah media yang memerlukan alat untuk penampilannya, seperti OHP (Over Head Projector).Sedangkan media yang tidak diproyeksikan tidak.
            Sehingga media pembelajaran yang bersift auditif ini lebih cocok untuk  mencapai tujuan yang  bersifat kognitif,  berupa data dan fakta. Namun,  media pembelajaran auditif memiliki kekurangan di samping memiliki kelebihan,  tergantungbadan penyelenggara pusat bahasa memakai media apa yang akan digunakan.
            Efektifitas di sini adalah untuk melihat tercapai  tidaknya tujuan instruksional khusus yang telahdirencanakan. Maka dari itu UIN Sunan Kali Jaga menyelengarkan pusat pengembangan  bahasa sebagai  badan yang merancang dan memantau perkembangan bahasa dan fasilitas mahasiswa yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa asing (bahasa Arab,  Inggris,  dan lain-lain). Dan media pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan intruksionalnya tercapai.
B.     Saran
      Dengan didirikannya pusat pengembangan bahasa diUIN Sunan Kalijaga ini agar dapat di manfaatkan semaksimal mungkin oleh mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa asing dalam mencapai skor IKLA. Maka dalam mekanisme penyelenggaraannya untuk terus menerus mengadakanevaluasi bagi pusat pengembangan bahasa.
















DAFTAR PUSTAKA

AzharArsyad, Media Pembelajaran, ed. Revisi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), hlm. 3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka:1996) hal 250
Majid, Nur Kholis 2011 “Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang kompetensi dosen natiq- al-lughah dengan motivasi belajar bahasa arab pada mahasiswa semester II di pusat bahasa, budaya, dan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun akademik 2010/2011
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya, 2002) hal. 5.
WinaSanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 211.



[1]AzharArsyad, Media Pembelajaran, ed. Revisi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), hlm. 3.
[2] WinaSanjaya, PerencanaandanDesainSistemPembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 211.
[3] Ibid.,hlm. 212.
[4]Ibid.,hlm.216-217.
[5]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka:1996) hal 250.
[6]Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya, 2002) hal. 5.
[7]Majid, Nur Kholis 2011 “Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang kompetensi dosen natiq- al-lughah dengan motivasi belajar bahasa arab pada mahasiswa semester II di pusat bahasa, budaya, dan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun akademik 2010/2011
      [8]Majid Nur Kholis, Hubungan Persepsi . . . hal 30