EVA

Jangan sengaja pergi agar dicari, Jangan sengaja lari agar di kejar. Berjuang tak sebercanda itu

Kamis, 08 Oktober 2015

Pieces YOU in My Heart.

Aku mengagumi pagi
Dan kau mendamba senja
Kita, dua beda yang dipisahkan gemuruh siang
Dan aku masih mendekatimu diantara Aamiin-aamiin sepertiga malam.
Aku hanya menggantungkan permohonan ini setiap malam dan berharap akan mendapatkan yang terbaik.

Aku mencintaimu wahai senja.
Tapi nampaknya, kau tidak butuh seseorang sepertiku yang mengagumi pagi ini.
Kau hanya menganggapku sebagai Teman untuk melengkapi waktu matahari berputar waktu siang hari.
Mencintai adalah Takdir, dan Menikah adalah Nasib.
Dan aku tak tahu apakah akuaku hanya akan sampai tahap mencintaimu, atau sampai pada nasibku, yaitu menikah denganmu.
Ingat! kita dipertemukan untuk suatu alasan.
Apakah hanya akan sekedar teman seagama ataupun sebagai teman hidupmu yang mendampingimu sampai akhir masa jodoh kita, membangun keluarga yang diridoi oleh Allah, dan menjadi sandaranmu kapanpun dan bagaimanapun keadaanmu kelak.

Jika memang kau akan menjadi Teman dalam hidupku, maka aku akan menandai seluruh hembusan nafasku dan denyut nadiku untuk selalu mengabdi kepadamu, aku akan menjadikanmu satu-satunya Imam Solat dan Imam keluargaku, menjadikan ayah untuk anak-anak kita dan membuatmu menjadi seorang lelaki yang berbahagia karena telah memilihku sebagai pendampingku. Begitupun denganku, yang tulang rusukmu ada bagiannya dalam tubuhku. Aku akan menjadi istri yang selalu berbakti kepadamu dan menjadii sumber ilmu dasn intelektual untuk anak-anak kita, dan aku akan menjadi istrimu satu-satunya.




Dear, Calon suamiku yang diam-diam aku selalu mendoakanmu setiap aku bermuajahah dengan Tuhan kita.

Makalah Akhlak Tasawuf Essensi dan Substansi Akhlak Tasawuf



MAKALAH
“ESSENSI DAN SUBSTANSI AKHLAK TASAWUF”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen pengampu: Dr. Maksudin M. Ag





Disusun oleh:
Eva Syarifatul Jamilah
15420013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016






BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat pokok dalam diri seorang manusia, dimana kita bisa menilai seseorang dan mengetahui seseorang dari akhlaknya. Akhlak jugabisa disebut dengan kebiasaan dan perilaku seorang manusia. Akhlak yang baik harus dimiliki oleh setiap manusia dan seorang manusia jangan mempunyai akhlak tercela yang akan mengganggu kehidupannya. Karena kita hidup didunia ini untuk mendpatkan Rido Allah dan juga selamat di dunia dan di akhirat.
Adapaun tasawuf, tasawuf adalah disipli ilmu yang menghubungkan antara manusia dengan Allah, sang penciptaya. Tasawuf juga sangat dibutuhkan didalam dunia yang semakin tua ini. Karena bagaimanapun kita harus memiliki pegangan yang teguh pada agama untuk melanjutkan hidup di akhir zaman ini.
1.2       Rumusan Masalah
Dalam pembahasannya ada beberapa masalah yang akan kami bahas, yaitu:
1.2.1    Akhlak dan Tasawuf Secara Thesis
1.2.2    Akhlak dan Tasawuf Secara Anti Thesis
1.2.3    Akhlak dan Tasawuf Secara Sintesis Kreatif
1.3       Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk supaya kita lebih memahami apa itu akhlak dan tasawuf, juga bisa mengamalkannya dengan sebaik-baiknya dan menjadi Insan Kamil yang smendapatkan Ridho Allah.
1.4       Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini tidak terlepas untuk:
1.         Khalayak umum, yang sama-sama sedang mencari ilmu
2.         Diri penulis sendiri, yang masih memiliki banyak kekurangan ilmu agama maupun ilmu pengetahuan.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Thesis
1.1. Akhlak
1.      Akhlak secara Estimologis
1)      Akhlak adalah jamak dari “Khuluqun” yang secara liguistik mempunyai arti sebagai Budi pekerti, tingkah laku, perangai, tata karma, sopan santun, adab dan tindakan.
2)      Akhlak bersinonim dengan Etika dan Moral. Etika berasal dari kata Etos yang memiliki arti kebiasaan. Dan Moral berasal dari kata Mose yang memiliki arti adat kebiasaan.
Perbedaan akhlak, etika, dan moral adalah Akhlak adalah sebuah perilaku dan juga sebagai ilmu. Akhlak juga dianalogikan dengan etika sebagai ilmu yang pembahasannya menjadi isu filsafat. Sedangkan, pada etika dan moral yang membedakan adalah tolok ukurnya. Jika dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan baik manusia (baik atau buruk) dengan tolok ukur akal pikiran, maka dalam pembahasan moral tolok ukurnya adalah norma-normaa yang hidup dalam masyarakat, yang dapat berupa adat istiadat, agama dan aturan-aturan tertentu.
3)      Akhlak berasal dari kata/Fi’il Madhi “Khalaqa” yang artinya menciptakan. Atau berasal dari kata “Khalaq” yang artinya penciptaan. Dimana memiliki dua unsur penting yaitu “Khaliq”, isim Fail dari kata “Khalaqa” yang artinya sang pencipta dan “Makhluq”, isim maf’ul dari kata “Khalaqa  yang artinya yang diciptakan.
4)      Kata “al-khuluq” ini juga mengandung segi-segi penyesuaian dengan perkataan al-khalaq yang berarti ciptaan serta erat hubungannya dengan kata al-Khaliq yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian tersebut timbul sebagai media yang memungkingkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq dan antara makhluk dengan makhluk lainnya. Sehingga pola-pola hubungan ini menjadi pembahasan ruang lingkup akhlak.
2.      Akhlak secara Terminologis
Para Intelektual muslim memiliki defini yang berbeda-beda tentang pengertian Akhlak. Diantaranya:
1)      Ibnu Maskawaih:
“Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”
2)      Ahmad Amin:
“Akhlak” adalah membiasakan kehendak.
3)      Imam Al-Gazali:
“Akhlak adalah suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau atau direncanakan sebelumnya”
As-Sunnah An-Nabawiyah pun menguatkan definisi tentang akhlak tersebut, yang mana As-Sunnah mengkategorikanya sebagai pekerjaan hati dan motif-motif (niat) yang baik dan teguh serta motivasi diri (self motivation) untuk berjauhan dengan hal tercela.
Rasulullah SAW.bersabda dalam penegasanya terhadap perbuatan-perbuatan akhlak yang baik dari diri manusia merupakan asas (pondasi) dalam menilai motif-motif dan perilaku:

عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ Ù‚َالَ: Ù‚َالَ رَسُولُ اللَّÙ‡ِ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ: Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ لا ÙŠَÙ†ْظُرُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ صُÙˆَرِÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َÙ…ْÙˆَالِÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ„َÙƒِÙ†ْ ÙŠَÙ†ْظُرُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ Ù‚ُÙ„ُوبِÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َعْÙ…َالِÙƒُÙ…ْ.
      Dari Abu Hurairah telah berkata, telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya Allah tidaklah memandang pada harta dan fisikmu, tapi dia memandang pada hati dan perbuatanmu”.
4)      Quraish Shihab
Menurut Quraish Shihab, makna dari akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu secara mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap bathin maupun pikiran.
3.      Kajian/Pengertian Akhlak secara:
1)      Sosial
Kajian akhlak secara sosial adalah bahwa akhlak sangat mempengaruhi pergaulan seseorang dengan orang lain dimana nilai-nilai sosial diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Akhlak bermasyarakat/sosial yang baik akan membuat orang-orang yang ada disekitarmu baik juga kepadamu. Dengan artian, jika kau peduli pada mereka, maka mereka pun akan peduli kepadamu karena akhlak yang baik akan dibalas dengan akhlak yang baik pula.
2)      Politik
Akhlak politik yang harus dimiliki oleh setiap orang adalah orang itu jangan bersikap egois atau mementingkan dirinya sendiri dikarenakan kepentingan dirinya atau kepentingan kelompok. Akhlak yang baik harus dimiliki jika kita hidup didunia politik yang sangat beyak sekali godaan, rintangan dan perjuangan untuk tetap teguh dan penuh keadilan untuk dirinya ataupun orang lain.
3)      Budaya
Secara budaya, akhlak dikaji sebagai simbol suatu kaum atau kelompok. Kita dapat dengan mudah mengenal akhlak seseorang dilihat dari budayanya, dimana dia dibesarkan dan dia didik. Dan kita juga harus memiliki akhlakul karimah didalam kehidupan berbudaya.
4)      Agama
Tia-tiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam adalah malu. Malu disini dapat berupa malu bila berbuat maksiat, malu berbuat tidak adil, malu tidak menyempurnakan kewajibannya sebagai seorang muslim yang seharusnya, malu jika melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama. Dan yang terpenting disini, adalah malu kepda Allah, sang pencipta jiwa raga ini. dan yang paling berbahaya adalah jika kita tidaak memiliki rasa malu terhadap Allah dan menjadikan kita bebas berbuat dzolim terhadap-Nya, ataupun makhluknya yang beriman ataupun yang tidak beriman.
1.2  Tasawuf
1.      Tasawuf secara Estimologis
1)      Sebagian berkata, para sufi diberi nama sufi karena kesucian (safa) hati mereka dan keberhasilan tindakan mereka (athar’). Bisr bin Haris berkata: “Sufi adalah orang yang hatinya tulus (safa) kepada Allah. Dengan begitu, maka tubuh secara keseluruhan mengalami pembaruan dan semua sikap ditingkatkan oleh kesucian dan ketulusan jiwa.
2)      Ada yang berpendapat bahwa sufi disebut sufi hanya karena mereka berada di barisan pertama (saff) di depan Allah, melalui pengangkatan keinginan mereka kepada-Nya dan tetapnya kerahasiaan mereka dihadapan-Nya.
3)      Ada pula yang mengambil istilah tasawuf ini dari kata saffah al-masjid (serambi masjid). Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di masjid Nabi yang didiami oleh sekelompok sahabat Nabi yang fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal dengan ahlus suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan seluruh waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha yang bersifat duniawi.
4)      Terakhir adalah anggapan bahwa mereka disebut sufi karena kebiasaan mereka memakai suff, yaitu wol. Mereka tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dilihat, untuk menyenangkan jiwa. Mereka memakai pakaian hanya untuk menutupi ketelanjangan mereka dengan kain yang terbentuk dari bahan bulu dan wol kasar.[1]
Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat yang mengatakan kata sufi merupakan turunan dari kata Suff (wol) yang dapat diterima, karena kata sufi ini tepat dari sudut pandang etimologis.
Menurut kamus besar bahasa Arab kata “tasawwafa” dia memakai baju dari wol, seperti misalnya kata tasawwafa yang berarti “dia memakai kemeja”. Abu Bakar al-Kalabazi berpendapat bahwa kata sufi memiliki arti penting seperti penarikan diri dari dunia, menjauhkan diri dari keduniawian, meninggalkan semua tempat tinggal yang telah mapan secara tetap terus mengadakan perjalanan mengingkari kesenangan-kesenangan jasmani bagi jiwanya, menyucikan tingkah laku, membersihkan bathin, melapaangkan dan meningkatkan mutu kepemimpinan.
Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa kata sufi merupakan kata jadian dari suf. Tapi perlu diingat, bukan sekedar mereka memakai pakaian yang terbuat dari bulu wol kasar maka seseorang disebut sufi. Seperti dituturkan Hujwiri: “Kesucian adalah karunia Allah dan suf (wol) adalah pakaian yang tepat untuk ternak”.
Menurut penelitian Imam Khusairi, kata sufi menjadi terkenal tak lama sebelum akhir abad ke-2 Hijriyah (atau 822 M). Setelah wafatnya Nabi, sahabat pada masa itu dikenal dengan nama tabi’in (para pengikut), dan pengikut-pengikutnya adalah gelar yang diberikan pada mereka yang duduk di kaki para pengikut itu. Setelah berakhirnya periode ini, semangat keagamaan mengendur.[2]
2.      Tasawuf secara Terminologi.
1)      Imam Qusyairi menganggap tasawuf sebagai suatu kesucian, yaitu kesucian lkehidupan jasmani dan rohani. Ia berkata: “Kesucian adalah suatu yang patut dipuji dengan bahasa apa pun dan sebaliknya, ketidaksucian harus dihindari”.
2)      Syeikh al-Islam Zakaria an-Ansari mendefinisikan tasawuf sebagai jalan yang mengajarkan manusia cara yntuk menyucikan diri, meningkatkan moral dan membangun kehidupan jasmani dan rohani guna mencapai kebahagiaan abadi. Unsur utama tasawuf adalah penyucian jiwa. Tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan keselamatan abadi.
3)      Imam al-Gazali mengatakan: “Ketika telah mencapai tingkat ahli dalam ilmu-ilmu ini, saya alihkan perhatian saya kepada metode-metode yang dipakai oleh sufi. Saya belajar pada mereka tentang metode untuk mencapai kesempurnaan dan mempraktikkannya. Inti ajaran mereka adalah menahan diri dan membebaskan diri dari nafsu-nafsu yang mendasarkan godaan-godaan setan, sehingga hati mereka bisa lepas dari segala macam pikiran kecuali Allah dan menghiasi hati dengan ingatan-ingatanyang berbau keagamaan”. [3]
4)      Dr. Ibrahim Hilal mengatakan tasawuf adalah memilih jalan secara zuhud, menjauhkan diri dari perhiasan hidup dalam segala bentuknya. Tasawuf itu adalah menundukkan jasmani dan rohani dengan jalan yang disebutkan sebagai usaha mencapai hakikat kesempurnaan-Nya. Inilah yang mereka gambarkan sebagai hakikat.[4]
5)      Ma’ruf al-Kurhi mendefinisikan tasawuf adalah berpegang pada apa yang hakiki dan menjauhi sifat tamakterhadap apa yang ada ditangan manusia.
6)      Abu Ya’kub al-Susi mendefinisikan tasawuf sebagai bahwa shufi ialah orang tidak merasa sukar dengan hal-ha yang terjadi pada dirinya dengan tidak mengikuti keinginan hawa nafsunya.
7)      Dzu al-Nun al-Mishri berkata bahwa tasawuf adalah usaha untuk mengalahkan segala-galanya untuk memilih Allah, sehingga Allah pun akan memilih seorang sufi dan mengalhkan segala sesuatu.
8)      Basyuni mendefinisikan Tasawuf mengumpulkan dari definisi-definisi para ahli. Definisi ini merupakan tahapan-tahapan bagi orang yang masuk dunia tasawuf, sebagai berikut:
                                                                               I.            Al-Bidayah: Tahap pemula atau permulaan; seseorang harus berusaha untuk mendekatkan diri dan ingat kepada Tuhan. Adanya tabir yang menghalangi dirinya dengan Tuhan sedikit demi sedikit akan hilang. Hatinya merasakan dilimpahi oleh Nur (cahaya) yang membangkitkan perasaan dan kedunguan serta membawanya kepada ketenangan jiwa yang sempurna.
                                                                            II.            Al-Mujahadah: giat dan kesungguhan. Definisi ini memuat dari definidi Abu Husain Al-Nuri (w. 295 H); Tasawuf  adalah berakhlak dengan akhlak Allah. Menurut Sahl ibn Abdillah al-Tustari; Tasawuf adalah sedikit makan, tenang dengan Allah dan menjauhi manusia. Abu Muhammad Ruwaim (w. 303 H); Tasawuf adalah kearifan, mengahrap Allah, merendahkan diri dan mendahulukan orang lain dan tidak menonjolkan diri.
                                                                         III.            Al-Mazaqah: pengalaman dan perasaan bathin dalam kontak hubungan antara manusia dengan Tuhan (sebagai kekasihnya). Definisi ini memuat pikiran; Al-Junaid al-Baghdadi (w. 297 H); Tasawuf adalah bersama Allah tanpa penghubung.
9)      Syeikh Abdul Wahid Yahya
“Banyak perbedaan pendapat mengenai kata ‘sufi’, dan telah ditetapkan ketentuan yang bermacam-macam tanpa ada satu pendapat yang lebih utama daripada pendapat lainnya karena semua itu bisa diterima.
3.      Kajian/Pengertian Tasawwuf secara:
1)      Sosial
Dalam tasawuf sosial, terdapat tiga alir gerakan yang saling berhubungan, yaitu: manusia, Allah dan kembali pada manusia dan alam. Pada ketiga alir ini, manusia bergerak untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai model penyucian diri, setelah kedekatan itu terbangun maka lahirlah sebuah kewajiban untuk membuktikan kedekatan itu melalui pendistribusian kasih kepada sesama dan lingkungan sekitarnya. Tasawuf sosial merawat relasi-relasi antara manusia dengan manusia lainnya dan alam semesta, bukan memutus relasi yang seharusnya terbangun.
Oleh sebab itu, tasawuf sosial menjadi suatu keharusan ditengah disorientasi makna hidup. Dalam konteks ini, keterdekatan diri kepada Allah dapat dilihat bukan saja melalui ritualisme dari waktu ke waktu secara rigid melainkan seberapa besar seorang Muslim merawat dan membina kehidupan sehingga bermuara pada situasi bahagia di Dunia dan bahagia di Akhirat.
2)      Politik
Dalam konteks demokrasi, politik adalah sarana untuk meraih kekuasaan. Ibarat mata pisau, politik kekuasaan dapat membawa manfaat maupun madharat dan dapat pula melukai tangan; bila politikus tersebut lalai menggunakan jalan politik. Sebagai seorang muslim yang terjun di dunia politik, al-Qur’an dan Sunah wajib menjadi rambu-rambu dalam menapaki peta politik.
Sungguh tepat bila setiap politikus berusaha membentuk pribadi unggul dalam kepemimpinannya dengan versi al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pedoman bagi seluruh umat di Dunia ini dan merupakan kitab suci yang seharusnya tidak hanya dijadikan sebagai simbolik dalam perjuangan, tetapi perlu dipindahkan menjadi hiasan bibir dan hati. Kemudian dapat diaktualisasikan dalam garis perjuangan (politik).
Nah, dengan berpegang teguh pada rambu-rambu dari al-Qur’an dan Sunah, tak bisa dipungkiri akan menghasilkan pemimpin yang bertanggung jawab. Hadiah terindah untuk para pemimpin yang amanadh dan adil adalah kasih sayang Allah. Maka kita harus tetap memegang teguh Agama Islam dengan sebaik-baiknya.
3)      Budaya
Budaya bisa saja mempengaruhi ke-Tasawuf-an seseorang. Karena bagaimanapun budaya dan pergaulan seseorang mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Orang barat dan orang timur jelas sekali berbeda dalam segi apapun meskipun ada beberapa persamaan. Namun, ini menujukkan bahwa budaya yang satu tidak akan sama dengan  budaya yang lainnya. Walaupun begitu, tasawufnya tidak banyak perbedaan yang berarti.
4)      Agama
Dalam islam ataupun agama lainnya, ada yang dikenal dengan insan kamil. Dimana, insan kamil itru merupakan tahapan tertinggi seorang manusia kepada Allah-dengan bermakrifat kepadanya. Bahwa apa-apa yang ada di dunia ini tidak lepas dari pengawasan Allah, dan kita akan kembali kepadanya. Menjadi Insan kamil tidaklah mudah didapatkan dan kita harus benar-benar hanya melihat Allah dalam setiap pekerjaan dan kelakuan yang kita lakuakan atau kita lihat di alam raya ini. Insan kamil adalah manusia yang sampai pada keaktualan. Dia telah menemukan unitas eksistensian dengan Nafas Rahmani. Dalam tataran keaktualan tersebut, terdapat tingkatan dan kesempurnaan yang berbeda. batas akhir dari kesempurnaan hanya pada Hadhrat Khattam Nabi Muhammad saw yang dapat determinasinya dan tidak ada selainnya yang mampu sampai pada kesempurnaan tersebut.
2. Anti Thesis
2.1    Pengertian Akhlak dan Tasawwuf secara Bahasa, Terminologi, Sosial dan Historis.
1.      Akhlak
1)      Bahasa
Secara Bahasa, pengertian Akhlak adalah sebagai Budi pekerti, tingkah laku, perangai, tata karma, sopan santun, adab dan tindakan.
2)      Terminologi
Secara Terminologi, Akhlak adalah suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau atau direncanakan sebelumnya
3)      Sosial
Secara sosial, akhlak adalah sebagai penuntun kita pada jalan/arah di masa depan, karena bagaimana, orang-dimanapun, siapapun dan kapanpun-pasti akan menilai seseorang atas semua kelakuan/perlakuan/akhlak yang dia kerjakan. Dan itu sangat mempengaruhi kehidupan kita. Karena bagaimanpun manusia adalah manusia yang tidak bisa hidup sendiri didunia ini. jadi akhlakul karimah sangat dibutuhkan dna patut kita punya.
4)      Historis
Secara historis, akhlak manusia tidaklah berubah dari zaman nabi adam terdahulu hingga zaman sekarang-akhir zaman. Bahwa akhlak seseorang menentukan kehidupannya kelak. Seperti akhlak anak nabi adam yang membunuh saudaranya sendiri-hingga sampai pada zaman nabi Muhammad yang diutus Allah untuk menyempurnakan Akhlak makhluk hidup yang pada saat itu, memiliki akhlak jahiliyah dan sangat jauh dari akhlak yang telah Allah perintah di dalam Injil-Kitab ayng diturunkan kepada nabi Isa.
Akhlak juga dapat memandu perjalanan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan nabi Muhammad saw adalah untuk menyempurakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahw faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlak beliau yang prima, hingga hal ini dinyatakan Allah dalam al-Qur’an. Maka kita sebagai umat nabi Muhammad diwajibkan memiliki akhlak yang baik supaya dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.
2.      Tasawwuf
1)      Bahasa
Ada banyak kalangan yang menyatakan bahwa tasawwuf berasal dari kata suffah yang artinya emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshor.[5] Kata tasawwuf yang berasal dari kata Saff itu karena ahli tasawwuf itu berada pada barisan (saff) pertama disisi Allah swt.[6]
2)      Terminologi
Secaraa Terminologis, Tasawuf adalah usaha untuk mengalahkan segala-galanya untuk memilih Allah, sehingga Allah pun akan memilih seorang sufi dan mengalhkan segala sesuatu.
3)      Sosial
Tasawuf sosial menjadi suatu keharusan ditengah disorientasi makna hidup. Dalam konteks ini, keterdekatan diri kepada Allah dapat dilihat bukan saja melalui ritualisme dari waktu ke waktu secara rigid melainkan seberapa besar seorang Muslim merawat dan membina kehidupan sehingga bermuara pada situasi bahagia di Dunia dan bahagia di Akhirat.
4)      Historis
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad saw tidak mengenal yang namanya Sufi atau Tasawuf. Meskipun, sebenarnya pada awal-awal tahun sebelum Nabi mendapatkan wahyu pertamanya, beliau sering menyendiri di gua hiro untuk bermunajat pada Allah. Meninggalkan seluruh urusan duniawi dan tinggal secara sederhana. Setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, disana para sahabat Nabi menjadikan Nabi sebagai tokoh kezuhudan. Diantaranya seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Salman al-Farisi dan Ammar bin Yasir. Setelah itu ada tokoh Zuhud yang berasal dari Tabi’in Madinah adalah Sa’id Ibn al-Musayyab dan Salin bin Abdullah. Untuk aliran Bashrah diantaranya Hasan al-Bashri dan Rabi’ah al-Adawiyah. Sedangkan untuk aliran Kuffah adiantaranya adalah Sufyan ats-Tsaury dan Thawus al-Kisan.
Dari awal-awal tahun Nabi saw berhijrah ke Madinah, banyak sekali tokoh sufi yang terkenal pada zamannya dan berpengaruh seperti Imam al-Gazali dan lain sebagainya.
2.2    Identifikasi dan Klasifikasi (penggolongan sistematik).
·         Akhlak
Identifikasi Akhlak: Akhlak adalah tabi’at seseorang yang tanpa melakukan pemikiran apapun atau tanpa perencanaan dan bisa menjadi kebiasaan dan melekat pada diri kita seutuhnya.
Klasifikasi Akhlak terbagi 2, yaitu: Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Akhlak mahmudah merupakan segala macam sikap dan tingkah laku yang baik dan dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Adapun Akhlak Madzmumah merupakan segala macam sikap dan tingkah laku yang buruk dan tercela yang terpendam dalam jiwa manusia yang dilahirkan dari sifat-sifat madzmumah.
·         Tasawuf
Identifikasi Tasawuf: Tasawuf adalah usaha untuk mengalahkan segala-galanya untuk memilih Allah, sehingga Allah pun akan memilih seorang sufi dan mengalhkan segala sesuatu.
Klasifikasi Tasawuf: Tasawuf terbagi menjadi 2, yaitu Tasawuf Nazari (falsafi) dan Tasawuf Amali (tharekat).
2.3         Bahan unsur yang sama dan unsur yang berbeda.
Akhlak mengatur urusan manusia dengan Tuhannya dan juga dengan manusia, sedangkan Tasawuf mengatur urusan manusia dengan Tuhannya saja.
·         Persamaan: Akhlak dan Tasawuf sama-sama merupakan Rahmatan lil Alamin, dua-duanya menganjurkan kita supaya tidak bersikap sombong dan bersikap lemah lembut terhadap siapapun terutama kepada sang Maha Pencipta diri kita yang diatur oleh Allah dengan begitu sempurna ini.
·         Perbedaan: Tasawuf adalah ilmu tentang bagaimana kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat kepada Allah, dan tidak tergiur oleh duniawi. Sedangkan akhlak itu sendiri adalah refleksi dari penerapan ilmu tasawuf sehingga tingkah laku dan perbuatan kita sama dengan perilaku Rasulullah saw. Walaupun tak akan ada satupun manusia yang akan seperti Nabi Muhammad, namun kita hanya bisa berussaha dan berdoa supaya kita mempunyai akhlak seperti beliau.
2.3.1        Mengapa sama? Mengapa berbeda?
Sama karena bagaimanapun kedua ilmu akhlak dan tasawuf tidak bisa dipisahkan begitu saja dan merupakan Rahmatan lil alamin.
Berbeda karena jika Akhlak adalah aturan yang mengatur urusan manusia dengan manusia dan Allah, sedangkan Tasawuf hanya mengatur urusan manusia dengan Allah saja.
2.3.2        Temukan benang merah/ titik temu.
Keduanya sama-sama tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain, yang satu saling melengkapi yang lainnya. Dan yang terpenting adalah ilmu Allah masih sangat luas, dan pemahaman manusia dari zaman ke zaman semakin bertambah dan bervariasi, jadi kita diwajibkan untuk memiliki akhlak yang mahmudah dan jiwa tasawuf.
3.    Sintesis Kreatif
Dari pengetahuan diatas, penulis mendapatkan pengertian lain dari akhlak dan tasawuf. Akhlak dan Tasawuf tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dan pasti saling menyempurnakan satu sama lain. Tasawuf tidak akan pernah lepas dari akhlak, dan begitupun akhlak tidak akan pernah terlepas dari tasawuf. Adapun pengertian akhlak tasawuf menurut penulis adalah hubungan setiap manusia dengan manusia lain sebagai makhluk sosial dan saling membutuhkan dan juga hubungan manusia itu sendiri dengan penciptanya, yaitu Allah swt. Akhlak dan tasawuf merupakan disiplin ilmu yang apabila kita telah mempunyai akhlak mahmudah menurut Allah juga terlepas dari urusan duniawi, maka kehidupannya kelak akan selamat dunia dan akhirat, juga mendapatkan Ridho dari Allah. Meskipun begitu tidak mudah untuk mendapatkan dan melaksanakan akhlak yang baik dan menguasai ilmu tasawuf. Karena, manusia dikelilingi oleh nafsu yang sangat kuat dan terus berada disampingnya, juga dengan qalbu (hati) yang berubah kapanpun, terkadang sangat taat terhadap Allah dan terkadang juga sangat lalai akan-Nya. Maka dari itu, kita sebagai manusia yang tak lluput dari kesalahanharus selalu berharap kepada Allah dengan segala Hidayah dan Karunianya.









BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
                        Dari materi atas dapat disimpulkan bahwa Dari pengetahuan diatas, penulis mendapatkan pengertian lain dari akhlak dan tasawuf. Akhlak dan Tasawuf tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dan pasti saling menyempurnakan satu sama lain. Tasawuf tidak akan pernah lepas dari akhlak, dan begitupun akhlak tidak akan pernah terlepas dari tasawuf. Adapun pengertian akhlak tasawuf menurut penulis adalah hubungan setiap manusia dengan manusia lain sebagai makhluk sosial dan saling membutuhkan dan juga hubungan manusia itu sendiri dengan penciptanya, yaitu Allah swt. Akhlak dan tasawuf merupakan disiplin ilmu yang apabila kita telah mempunyai akhlak mahmudah menurut Allah juga terlepas dari urusan duniawi, maka kehidupannya kelak akan selamat dunia dan akhirat, juga mendapatkan Ridho dari Allah. Meskipun begitu tidak mudah untuk mendapatkan dan melaksanakan akhlak yang baik dan menguasai ilmu tasawuf. Karena, manusia dikelilingi oleh nafsu yang sangat kuat dan terus berada disampingnya, juga dengan qalbu (hati) yang berubah kapanpun, terkadang sangat taat terhadap Allah dan terkadang juga sangat lalai akan-Nya. Maka dari itu, kita sebagai manusia yang tak lluput dari kesalahanharus selalu berharap kepada Allah dengan segala Hidayah dan Karunianya.

3.2 SARAN
                        Saran dari penulis, adalah kita harus lebih banyak lagi membaca buku, menelaah, berfikir dengan sangat detail tentang apapun yang terjadi di dunia ini. Karena buku dan pengetahuan adlah segala-galanya dan satu-satunya bekal untuk masa depan yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA
                        Amin Syukur, 2002
Edy Yusuf Nur, Menggali Tasawuf yang Hakiki, 2014: hal. 3
            Edi Yusuf Nur, Menggali Tasawuf yang hakiki, 2014: hal. 4
                   Mir Valuddin, 1987: 4-6
Mir Valuddin: 1987: 1-3, Mustafa Zahri: 1995: 137-139, Fadhalla Haeri:1994: 1-3




[1] Mir Valuddin: 1987: 1-3, Mustafa Zahri: 1995: 137-139, Fadhalla Haeri: 1994: 1-3
[2] Edy Yusuf Nur, Menggali Tasawuf yang Hakiki, 2014: hal. 3
[3] Mir Valuddin, 1987: 4-6
[4] Edi Yusuf Nur, Menggali Tasawuf yang hakiki, 2014: hal. 4
[5] Amin Syukur, 2002
[6] Edy Yusuf Nur, 2014