EVA

Jangan sengaja pergi agar dicari, Jangan sengaja lari agar di kejar. Berjuang tak sebercanda itu

Senin, 30 Oktober 2017

GENDER DAN BAHASA ARAB

Contoh Anotasi Bibliografi: Gender dan Bahasa Arab


 Dr. Erlina, M. Ag. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Artikel ini menjelaskan tentang isi buku pembelajaran bahasa arab al-Arabiyah Baina Yadaik yang di dalamnya terdapat bias gender. Gender sendiri adalah karakter yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang sama dengan jenis kelamin. Padahal dalam kedua hal tersebut memiliki banyak perbedaan. Penulis menjelaskan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Penulis memaparkan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru. Analisis yang dilakukan penulis juga menggunakan analisis teoritik dan analisis kritis. Penelitian ini menggunakan metode penellitian deskriftif yang menunjukkan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau seperti bahasa yang membedakan penggunaanya untu perempuan dan laki-laki. Dari artikel-artikel yang dikaji menunjukkan bahwa peran perempuan dalam buku ini sangat sedikit dan tidak sebanding dengan isi buku yang akan diajarkan ke siswa/peserta didik. Selain itu juga mengandung bias gender, terjadi subordinasi perempuan oleh budaya patriarki.


Hijriyah, Umi. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.
Artikel ini berisi tentang Bahasa dan Gender yang tidak hanya bagi bahasa arab, tetapi juga bahasa inggris. Selain itu, peneliti menyajikan artikel-artikel dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris yang berisi tentang permasalahan bahasa dan gender yang terjadi di (seluruh) dunia. Peneliti memaparkan bahwa studi bahasa dan gender memusatkan perhatian pada bagaimana pengaruh gender terhadap bahasa. penelitian ini menggunakan metode korelasional yang merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data, guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sepertidua variabel, yaitu gender dan bahasa. peneliti menggabungkan antara gender dan bahasa yang mana gender berpengaruh terhadap bahasa. selain itu ditemui juga variabel sosial politik yang melingkupi baik gender maupun bahasa. variabel sosial politik merupakan masalah dominasi bagi gender, di mana lelaki yang menempatkan dirinya sebagai penguasa bisa memguasai sang objek, yaitu perempuan dalam sebuah bahasa. Gender juga berpengaruh terhadap variasi bahasa meskipun sampai saat ini studi bahasa pada umumnya membiarkan perbedaan gender dalam permasalahan bahasa. Data menunjukkan bahwa kebanyakan isi buku pelajaran yang tersebar bagi peserta didik berisikan  bias gender.


Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.

Artikel ini menjelaskan bahwa bias gender masih terjadi di dalam buku-buku pelajaran, terutama bagi peserta didik yang melanjutkan di sekolah khusus Agama (Madrasah). Peneliti menerangkan bahwa Bias adalah kebijakan/program/kegiatan/kondisi yang memihak pasa salah satu jenis kelamin atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peneliti memakai pendekatan saintifik dan memakai K13 sebagai acuan buku yang diteliti. Dari beberapa bab yang peneliti paparkan semuanya ternyata terdapat bias gender baik dalam pengelompokkan peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal publik dan domestik. Begitupun dengan peran publik yang didominasi oleh laki-laki sedangkan peran domestik didominasi oleh perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif karena menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam Buku Bahasa Arab siswa kelas X Pendekatan Saintifik 2013 masih menggunakan bias gender, baik dalam lisan maupun tulisan, dan banyak sekali ditemukan ketidak setaraan yang menimbulkan ketidak adilan. Maka seharusnya bias gender itu harus dihapuskan dan buku bahan ajar bahasa arab diteliti dan dikaji ulang, agar tidak terjadi ketimpangan yang menimbulkan ketidak adilan terhadap perempuan.

Bias Gender dalam Buku Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Bias Gender dalam Buku Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Eva Syarifatul Jamilah
UIN Sunan Kalijaga

            Bahasa arab seperti yang kita tahu mempunyai keragaman yang tidak semua bahasa lainnya miliki. Keragaman gaya bahasa arab itu meliputi a. Ragam sosial atau sosialek, b. Ragama geografis, dan c. Ragam ideoliek. Ragam sosiolek merupakan ragam bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial-ekonomi penuturnya. Sedangkan ragam geografis adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh perbedaan wilayah geografis penuturnya. Adapun keragaman idiolek berkaitan dengan karakteristik pribadi luhur penutur bhasa arab yang bersangkutan.[1].
            Secara struktural bahasa arab memberikan ruang khusus bagi jenis kelamin perempuan (pada tataran kata) sehingga kita bisa menemukan ada jenis benda untuk perempuan, sifat, dan kata kerja. Nampak dari sudut pandang struktur ini,, bahasa arab, seolah-olah bahasa yang paling meletak keadilan di antara dua jenis gender perempuan dan laki-laki.
            Pembelajaran bahasa arab merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen. Komponen-komponen itu adalah tujuan, materi, metode sumber belajar, media pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, evaluasi hasil belajar, pembelajar atau siswa dan komponen guru.[2]
            Salah satu media untuk pembelajaran bahasa arab yaitu dengan bahan ajar  cetak. Menurut National Centre For Competency Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan  dalam kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya: Handout, LKS, Buku Modul, Brosur dll.

Bias Gender
            Bias Gender merupakan hal yang mudah dijumpai di era media sosial saat ini. namun, banyak orang menyalah pahami tentang pengertian baik Bias, Gender dan Bias Gender itu sendiri. Bias adalah kebijakan/kegiatan/program/kondisi yang memihak pada salah satu jenis kelamin, atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pengertian bias apabila dikaitkan dengan gender dan pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa dalam pendidikan terjadi penyimpangan atas ketimpangan terhadap jenis kelamin perempuan. Ketimpangan yang terjadi bisa dalam bentuk kesempatan mendapatkan pendidikan bagi perempuan dan isi materi pelajaran yang hanya memihak salah satu jenis kelamin.
            Gender, seperti yang kita tahu, berbeda dengan jenis kelamin. Jika jenis kelamin merupakan sesuatu yang given dan kodrati, maka pengertian gender sendiri adalah perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat status, posisi, dan perannya dalam masyarakat[3] serta terjadinya perbedaan gender yang dikontruksi secara sosial-kultural. Di samping itu, masyarakat mempunyai berbagai naskah yang diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran maskulin dan feminim.[4]
            Sedangkan Bias Gender adalah penanaman posisi yang keliru atau  keadaan yang menunjukkan sikap keberpihakan lebih pada laki-laki daripada wanita. Misalnya: kaum perepuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci dan mencari air untuk menjadi hingga memelihara anak. Berbeda dengan kaum laki-laki yang sama sekali tidak diperkenankan untuk melakukan hal di atas.
Buku Pembelajaran Bahasa Arab 
            Stereotipe sosial budaya yang menempatkan kaum perempuan harus melakukan hal-hal yang domestik dan kaum laki-laki yang ditempatkan di ruang publik berdampak pada pembelajaran dan buku bahan ajar cetak yang diajarkan di sekolah/madrasah. Contoh-contoh nyata bahwa sistem patriarki seperti ini mudah ditemui yaitu dengan buku-buku pembelajaran dan bahan ajar bahasa arab. Sasaran buku bahan ajar dan pembelajaran ini meliputi jenjang Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah bahkan hingga Perguruan Tinggi.
            Contoh buku pembelajaran Bahasa Arab yang memuat tentang Bias Gender adalah al’-Arabiyah Baina Yadaik dan buku Bahasa Arab siswa kelas X Madrasah Aliyah.
            Dalam buku al-Arabiyah Baina Yadaik, terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot  tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru.
            Begitupun dengan Buku Bahasa Arab Siswa MA kelas X, pada halaman 32 dalam bab al-Hayati fi al-Usrah. Buku pelajaran yang menyisipkan gambar ini juga menunjukkan bahwa yang sedang memasak adalah dua orang perempuan berbeda umur, yang disebut sang Ibu dan anak perempuannya. Sedangkan gambar lainnya menampakkan beberapa laki-laki yang sedang bermain basket, sedang berolahraga. Dalam buku ini jelas sekali menunjukkan bahwa peran seorang perempuan itu hanya melakukan hal-hal domestik seperti memasak dan diam dirumah dan terkesan dinomor duakan (subordinasi). sedangkan seorang laki-laki, ditempatkan di ruang publik karena diidentikkan dengan sosok yang maskulin, kuat dan tangguh sehingga laki-laki digambarkan sedang berolahraga.

Dr. Erlina, M. Ag. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Artikel ini menjelaskan tentang isi buku pembelajaran bahasa arab al-Arabiyah Baina Yadaik yang di dalamnya terdapat bias gender. Gender sendiri adalah karakter yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang sama dengan jenis kelamin. Padahal dalam kedua hal tersebut memiliki banyak perbedaan. Penulis menjelaskan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini terdiri dari 12 unit, dan 5 unitnya berisi tentang gender feminis. Masing-masing unit tersebut adalah: Teks Percakapan, Kosakata baru, Struktur tata bahasa, Latihan, dan Simpulan struktur kalimat. Penulis memaparkan bahwa dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik ini begitu sedikit sekali menyorot tentang eksistensi seorang perempuan. Perempuan hanya ada 4 wacana tentang perempuan, baik itu perempuan sebagai pembicara atau objek dari pembicaraan. Semuanya berjumlah 18 delapan belas kata terdiri dari nama diri, kata ganti, kata sapaan yang lazim digunakan dalam lingkungan keluarga dan kata pelaku atau penyandang profesi, misal dokter, insyinyur, dan guru. Analisis yang dilakukan penulis juga menggunakan analisis teoritik dan analisis kritis. Penelitian ini menggunakan metode penellitian deskriftif yang menunjukkan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau seperti bahasa yang membedakan penggunaanya untu perempuan dan laki-laki. Dari artikel-artikel yang dikaji menunjukkan bahwa peran perempuan dalam buku ini sangat sedikit dan tidak sebanding dengan isi buku yang akan diajarkan ke siswa/peserta didik. Selain itu juga mengandung bias gender, terjadi subordinasi perempuan oleh budaya patriarki.

Hijriyah, Umi. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.
Artikel ini berisi tentang Bahasa dan Gender yang tidak hanya bagi bahasa arab, tetapi juga bahasa inggris. Selain itu, peneliti menyajikan artikel-artikel dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris yang berisi tentang permasalahan bahasa dan gender yang terjadi di (seluruh) dunia. Peneliti memaparkan bahwa studi bahasa dan gender memusatkan perhatian pada bagaimana pengaruh gender terhadap bahasa. penelitian ini menggunakan metode korelasional yang merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data, guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sepertidua variabel, yaitu gender dan bahasa. peneliti menggabungkan antara gender dan bahasa yang mana gender berpengaruh terhadap bahasa. selain itu ditemui juga variabel sosial politik yang melingkupi baik gender maupun bahasa. variabel sosial politik merupakan masalah dominasi bagi gender, di mana lelaki yang menempatkan dirinya sebagai penguasa bisa memguasai sang objek, yaitu perempuan dalam sebuah bahasa. Gender juga berpengaruh terhadap variasi bahasa meskipun sampai saat ini studi bahasa pada umumnya membiarkan perbedaan gender dalam permasalahan bahasa. Data menunjukkan bahwa kebanyakan isi buku pelajaran yang tersebar bagi peserta didik berisikan  bias gender.

Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.
Artikel ini menjelaskan bahwa bias gender masih terjadi di dalam buku-buku pelajaran, terutama bagi peserta didik yang melanjutkan di sekolah khusus Agama (Madrasah). Peneliti menerangkan bahwa Bias adalah kebijakan/program/kegiatan/kondisi yang memihak pasa salah satu jenis kelamin atau kesenjangan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peneliti memakai pendekatan saintifik dan memakai K13 sebagai acuan buku yang diteliti. Dari beberapa bab yang peneliti paparkan semuanya ternyata terdapat bias gender baik dalam pengelompokkan peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal publik dan domestik. Begitupun dengan peran publik yang didominasi oleh laki-laki sedangkan peran domestik didominasi oleh perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif karena menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam Buku Bahasa Arab siswa kelas X Pendekatan Saintifik 2013 masih menggunakan bias gender, baik dalam lisan maupun tulisan, dan banyak sekali ditemukan ketidak setaraan yang menimbulkan ketidak adilan. Maka seharusnya bias gender itu harus dihapuskan dan buku bahan ajar bahasa arab diteliti dan dikaji ulang, agar tidak terjadi ketimpangan yang menimbulkan ketidak adilan terhadap perempuan.

Analisis dan Evaluasi
            Dari ketiga Anotasi Bibliografi di atas, penulis menemukan bahwa masih banyak dalam buku-buku pelajaran untuk peserta didik di Madrasah berbagai jenjang yang sangat lantang menyuarakan bias gender. Hal ini ditambah dengan sosial budaya Indonesia yang juga sedikit banyak mendukung terjadinya Bias Gender. Bahasa-bahasa seksis yang mengandung patriarki masih sering ditemui dalam percakapan sehari—hari yang berujung menjadi kebiasaan-tidak dianggap sebuah bias- dan akhirnya karena telah menjadi kebiasaan maka bisa menjadi sebuah acuan dan memunculkan buku pegangan yang dijadikan bahan ajar di Madrasah.
            Sebenarnya cara pandang khalayak ramai terhadap sesuatu juga bisa menjadi sebuah contoh. Contohnya kebiasaan dalam sebuah keluarga. Sang ayah yang dianggap sebagai kepala keluarga pasti akan selalu mempunyai pekerjaan di ruang publik yang menonjolkan sosok yang maskulin, tangguh, berani dan tanggung jawab. Berbeda dengan sang istri yang merupakan seorang perempuan. Pekerjaaan yang ditampilkannya pun hanya menjadi seorang ibu rumah tangga dan jarang sekali ditampilkan di ruang publik, seperti seorang dokter, supir bus, dan pengacara. Karena sosok yang ditampilkan oleh seorang perempuan adalah sosok yang lemah lembut, penuh kasih, terkesan lemah (baik fisik maupun mental), dan mempunyai sedikit sekali kesempatan untuk tampil diruang publik.
            Bahayanya, dengan kebiasaan ditampilkan dualisme ini, peserta didik akan terbiasa dengan apa yang diajarkan kepadanya melalui pembelajaran bahan ajar cetak ini. Peserta didik akan terbiasa dengan pekerjaan laki-laki yang selalu menonjol di ruang publik dan akan merasa aneh jika melihat seorang perempuan tampil di ruang publik, karena yang diajarkan kepada mereka adalah seorang perempuan seharusnya ada di ruang domestik saja, tidak mencampuri ruang publik yang hanya milik laki-laki.
            Bahasa pada umumnya, bahasa arab harus dipandang sebagai alat komunikasi. Alat ini sangat penting, artinya dalam menyampaikan pesan. Namun demikian, pentingnya alat tidak akan pernah malampaui pentingnya tujuan dalam simbol komunikasi yaitu sampainya sebuah pesan. Rofiah berpendapat bahwa bahasa arab sebagai simbol mempunyai peranan yang penting dalam menyampaikan  pesan ilahi melalu al-Qur’an. Namun demikian pentingnya simbol tidak akan pernah melampaui hal yang disimbolkan. Oleh karena itu, bahasa arab penting dipelajari dalam memaknai ajaran agama. Namun bahasa arab tetap harus diwaspadai karkaternya yang sangat bias, agar ajaran agama tidak justru digunakan sebagai alat diskriminasi terhadap perempuan atas nama Agama

Kesimpulan
            Penulis sudah menjelaskan bagaimana bias gender masih terjadi di era modern super canggih yang serba media sosial ini, salah satunya melalui bahan ajar cetak buku pembelajran bahasa arab yang ada di madrasah-madrasah semua jenjang. Sangat disayangkan sebenarnya mengapa hal yang merupakan bagian patriarki ini masih terjadi, karena seharusnya hal seperti ini sudah tidak terjadi, apalagi jika bias gender ini menjadi materi penting dalam kurikulum yang diajarkan di madrasah.
            Seharusnya peserta didik harus diajarkan adil sejak dini, semenjak menginjak masuk madrasah diniyah. Karena jika sudah menjadi kebiasaan dan terbiasa, harapan ingin dihapuskannya patriarki dan bias gender di dalam masyarakat Indonesia akan sulit terjadi, kalau tidak penulis paparkan utopia. Atau jika bias gender dan patriarki masih menjamur di buku-buku pelajaran bahasa arab di Madrasah, Guru harus memegang peran penting agar diminimalisir dan untuk bisa menyamakan bahwa tidak ada perbedaan antara gender A dengan gender B terlepas dari tata bahasa arab dan bahasa arabnya sendiri yang begitu seksis, masih menganut patriarki dan Bias Gender.

Daftar Pustaka
Abdul Munif, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Ara, (Yogyakarta, Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal.41.
Erlina. (2013). “Perspektif gender dalam buku Bahasa Arab -‘al-Arabiyah Baina Yadaik-“ Jurnal al-Bayan, Vol 5, No.1. IAIN Raden Intan.
Muhammad Jafar Shodiq. (2014). “ Bias Gender dalam Buku Bahasa Arab Siswa MA Kelas X dengan Pendekatan Saintifik 2013”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 3 No 2. UIN Sunan Kalijaga.
Julia Cleves Mose, Gender dan Pembangunan, Terj. Hartian Silwati (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), hal.11
Susiloningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2004), hal.11
Syamsudiin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Konsep dan Implementasinya, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2016), hal. 14
Umi Hijriyah. (2014). “Bahasa dan Gender” Jurnal al-Bayan, Vol 6 No 2. IAIN Raden Intan.




                [1] Abdul Munif, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Ara, (Yogyakarta, Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal.41.
                [2]Syamsudiin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Konsep dan Implementasinya, (Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2016), hal. 14
                [3] Susiloningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2004), hal.11
                [4] Julia Cleves Mose, Gender dan Pembangunan, Terj. Hartian Silwati (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), hal.11